Oleh: Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA
KHUTBAH PERTAMA:
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”. (آل عمران: 102).
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”. (النساء: 1).
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”. (الأحزاب: 70-71).
أما بعد، فإن خير الحديث كتاب الله, وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Pertama, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala sebenar-benarnya; yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.
Kaum muslimin dan kaum muslimat yang kami hormati…
Dikisahkan dalam kitab Wafayât al-A’yân karya Ibnu Khallikân dan kitab Birr al-Wâlidain karya Ibn al-Jauzy, bahwa suatu saat al-Fadhl bin Yahya al-Burmuky beserta ayahnya dijebloskan ke dalam penjara. Berhubung Yahya telah lanjut usia maka ia tidak bisa berwudhu dengan air dingin. Berfikirlah al-Fadhl untuk menghangatkan seember air dingin yang tersedia di penjara.
Dia mengangkat ember air tadi lalu didekatkan ke lampu yang kebetulan tergantung di langit-langit penjara, dia terus bertahan begitu sampai ayam jantan berkokok.
Di hari berikutnya lampu penjara dicabut, sebagai bentuk hukuman atas perbuatan al-Fadhl dikategorikan penjaga penjara sebagai suatu pelanggaran. Namun al-Fadhl tidak kehabisan cara. Dia lepas bajunya, lalu duduk bersimpuh dan menempelkan perutnya ke air, supaya hawa hangat yang ada dalam tubuhnya mengalir dan berpindah ke air dingin tersebut. Dengan tubuh menggigil menahan rasa dingin dia bertahan semalam suntuk, demi menyediakan air hangat untuk bapaknya!
Jama’ah jum’at rahimakumullah…
Suatu potret luar biasa mengenai kebaktian seorang anak kepada orang tuanya, yang barangkali tidak kita dapatkan potret serupa di akhir zaman ini. Namun bukan berarti mewujudkan hal itu merupakan suatu kemustahilan! Bahkan mungkin kita bisa membuat anak kita lebih dari itu! Bagaimana caranya? Tentu dengan ikhtiar dan doa.
Berikut sedikit tentang kiat dan hal-hal perlu dijadikan prioritas dalam mendidik anak:
Pertama: Tanamkanlah akidah yang lurus sejak dini.
Anak bagaikan kertas putih, tergantung siapakah yang menggambar di atasnya. Jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam telah menyinggung hal tersebut dalam sabdanya,
“مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه”
“Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi”. HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
Jadi kewajiban pertama orang tua adalah menanamkan akidah yang benar dan lurus pada anak-anak mereka sejak kecil. Ajarkanlah, bahwa ibadah semata-mata merupakan hak Allah ta’ala, tidak ada satupun sosok makhluk yang berhak untuk disembah, semulia apapun makhluk tersebut, meskipun ia wali, nabi atau malaikat sekalipun.
Berilah pengertian bahwa dosa terbesar yang tidak terampuni adalah dosa syirik, sebutkan berbagai contoh agar mereka betul-betul memahaminya dan tidak terjerumus ke dalam kubangannya. Seperti ngalap berkah dari kuburan, memakai jimat, pergi ke dukun serta paranormal dan lain sebagainya.
Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam juga mempraktekkan hal itu kepada anak-anak. Di antara contohnya: nasehat Nabi shallallahu’alaihiwasallam untuk Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma,
“إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّه”.
“Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”. HR. Tirmidzi dan beliau berkomentar, “Hasan sahih”.
Kedua: Biasakanlah anak untuk mendirikan shalat lima waktu.
Sebagai agama yang mengajarkan para pemeluknya untuk senantiasa menjaga benang merah dan menjalin hubungan dengan Sang Pencipta, Islam menggariskan berbagai cara untuk merealisasikan tujuan mulia tersebut. Di antaranya dengan pensyariatan shalat lima waktu dalam sehari.
Suatu ibadah yang nikmat dan ringan sebenarnya, bagi siapa yang diberi taufik oleh Allah dan terbiasa untuk menjalankannya. Yang jadi pertanyaan, sudahkah kita membiasakan anak-anak kita untuk mengerjakannya sejak dini?
Sebagian orang mengatakan, biarkan saja anak tidak usah diajak ke masjid, nanti jika dewasa juga akan ke masjid sendiri!
Sebuah komentar yang keliru, baik jika ditinjau dari sisi syariat maupun dari sisi kenyataan yang ada.
Adapun ditinjau dari sisi kenyataan yang ada; maka jelas-jelas fenomena mendustakan omongan tersebut! Mana hasilnya orang-orang yang mengatakan hal tersebut? Apakah anak-anak mereka yang dahulu dibiarkan dan tidak diajak ke masjid dan sekarang telah dewasa, anak-anak tersebut sekarang rajin ke masjid, atau justru sebaliknya?
Sedangkan jika dipandang dari sisi syariat, maka amat jelas Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam telah memerintahkan anak untuk shalat sejak dini. Sebagaimana dalam sabdanya,
“مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْر”.
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat berumur tujuh tahun, dan pukullah jika enggan saat mereka berumur sepuluh tahun”. HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Albani.
Alangkah indahnya saat adzan dikumandangkan, para bapak beserta putra-putranya berbondong-bondong menuju ke masjid memenuhi panggilan suci itu. Namun kenyataan yang ada saat ini amat menyedihkan! Betapa banyak anak-anak yang telah menginjak usia dewasa, sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya ke masjid! Tidakkah orang tua mereka khawatir tatkala mereka mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak di hadapan Allah kelak?
Ketiga: Didiklah anak untuk berakhlak mulia.
Akhlak merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari Islam. Bahkan salah satu tujuan utama diutusnya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam ke muka bumi adalah dalam rangka perealisasian hal itu. Sebagaimana dijelaskan dalam sabdanya,
“بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ”.
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. HR. Al-Hakim dan dinilai sahih oleh beliau serta adz-Dzahabi.
Biasakanlah anak untuk berakhlak mulia dan beradab yang islami dengan orang tua, tetangga, guru, teman dan seluruh makhluk.
Dalam hal ini Nabi shallallahu’alaihiwasallam mempraktekkannya sendiri, antara lain ketika beliau bersabda menasehati seorang anak kecil,
“يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ”.
“Wahai anak muda, ucapkanlah bismillah sebelum engkau makan dan gunakanlah tangan kananmu”. HR. Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
الحمد لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه، كما يحب ربنا ويرضى، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الحمد في الآخرة والأولى، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمداً عبده ورسوله، الرسولُ المصطفى والنبي المجتبى، صلى الله عليه وعلى آله الأصفياء، وأصحابِه الأتقياء، والتابعين ومن تبعهم بإحسان وسار على نهجه واقتفى.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Keempat: Pilihlah untuk anak kita sekolah yang berkualitas dan islami
Andaikan kita termasuk orang yang merasa kurang ilmu dalam mendidik anak dan serta merasa banyak waktu yang tersita untuk bekerja mencari nafkah, maka titipkanlah anak ke sekolah Islam atau pondok pesantren yang betul-betul berpegang dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasul shallallahu’alaihiwasallam dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam.
Janganlah merasa berat untuk mengeluarkan biaya demi kebaikan dan pendidikan anak kita. Korbankanlah perasaan yang barangkali menghalangi kita untuk berpisah dengan anak sementara waktu; demi masa depan mereka dan kebahagiaan kita pula.
Alangkah indahnya, di saat kita semua nanti telah berada di ruangan gelap, pengap, sempit, ukuran satu kali dua meter, dengan ditemani hewan-hewan tanah, alias sudah berada di liang kubur, pahala tetap mengalir pada kita dari anak-anak kita yang selalu tidak pernah melupakan orang tua mereka, melantunkan doa,
اللهم اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيراً. اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه.
“Ya Allah, ampunilah kau dan kedua orang tuaku, serta sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua dahulu merawatku ketika kecil. Ya Allah, ampunilah beliau, kasihinilah, sehatkanlah dan maafkanlah beliau”.
Adapun kaum muslimin yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah non muslim, maka amat sangat jauh panggang dari apinya untuk membuat anak-anak mereka mendoakan orang tuanya. Minimal akidah mereka akan didangkalkan, maksimal mereka akan dimurtadkan dari agama Islam, na’udzubillah min dzalik.
ألا وصلوا وسلموا -رحمكم الله- على الهادي البشير, والسراج المنير, كما أمركم بذلك اللطيف الخبير؛ فقال في محكم التنـزيل: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً” (الأحزاب: 56).
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…
@ Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at 16 Sya’ban 1430 H / 7 Agustus 2009 M